"ITU" -ku

11.02.2007

PANJAT TEBING FANTASI

Dari tittle-nya mungkin sudah terbayangkan sesuatu yang seru di pikiran kalian, tapi bisa jadi lebi seru jika tebing diapresiasikan sebuah pagar. Penasaran?
Kisah ini aku alami saat masih duduk di kelas 2 SMP, tepatnya saat liburan puasa. Seperti biasa, setelah sholat shubuh aku dan teman-temanku jalan-jalan, sekedar cari udara segar sekaligus olahraga (plus cuci mata, hehehehe). Dan yang mendapat giliran menjemput sudah diatur secara bergilir. Tiba saat aku mendapat giliran menjemput mereka.
Mulanya setelah aku meletakkan mukenahku di rumah, aku mulai menghampiri rumah teman-temanku satu per satu. Rumah pertama yang aku tuju adalah rumah Norma, yang terdekat dengan rumahku. Dengan Pe-De-nya aku berjalan di pagi itu. Masih sepi pikirku. Bersiul-siul sedikit menghangatkan tubuhku, dingin!!!
Hampir sampai aku di rumah Norma, tiba-tiba nyaliku menciut ketika aku melewati rumah yang yang menjadi musuh bebuyutanku. Sebenarnya bukan aku tak suka dengan yang empunya, tapi karena anjing-anjing yang dipelihara, GEDHE-GEDHE BO’!!! GALAK LAGI!!! Ngeri… Tak sedikit yang jadi korban anjing-anjing itu, untungnya aku belum pernah ketiban sial seperti mereka, jangan sampe’ deh!
Tapi sepertinya dewi keberuntungan sedang tak berpihak padaku. Aku mencoba memastikan kalau pintu rumahnya tertutup, so pasti aman, karena biasanya pagi-pagi gini tuh anjing sama kayak majikannya, masih menggambar pulau alias ke alam baka (eh, maksud aku alam mimpi). Dan… ternyata, lagi-lagi dugaanku meleset, pintu ruang tamu dan pagar sedikit terbuka. Rupanya mereka (anjing-anjing itu) semalam ronda. Yang ada di pikiranku hanya bagaimana cara kabur dari mereka dengan selamat. Aku percepat langkahku, berharap segera sampai di rumah Norma yang tak jauh dari sana.
“Norma!!!” kupanggil namanya setibaku.
Kemudian…
Gruduk gruduk gruduk... Suara seseorang, atau seekor, atau apalah, terdengar berlari kearahku. Dan, benar-benar musibah, saat ku tahu kalau salah satu dari keempat anjing sialan itu mengejarku. Aku tak melihat sesuatu yang dapat menyelamatkanku, kecuali pagar rumah Norma. Dengan sigap aku panjat pagar itu, layaknya senior Pecinta Alam memanjat tebing. Sementara anjing itu terus menggonggong, semakin memacu adrenalinku. Bayangkan saja kalau ketiga temannya ikut serta mengerjaiku habis-habisan.
Sesaat kemudian kakak Norma keluar dengan setengah menertawakanku. Malu, capek, marah, campur jadi satu. Lengkap sudah pengalamanku, meski belum pernah mencicipi panjat tebing – berkat dia – paling tidak aku sudah tau bagaimana rasanya panjat pagar. MAKASIH!!!

Label:

posted by Alianti Lazuardi at 06.35

0 Comments:

Posting Komentar

<< Home